Thursday, September 25, 2008

Tentang programmer

Beberapa waktu yang lalu, aku baca di www.kompas.com ternyata lelaki itu kurang senang akan profesi wanita sebagai programmer, alasannya sih sangat klasik menurutku hanya 'lupa dandan'. Beginilah kira-kira pernyataannya, Asli dech

"Memang profesi ini membuat perempuan terlihat cerdas. Jarang lho, perempuan paham soal ini. Sayang, gara-gara memikirkan program, ia jadi lupa dandan, ha-ha-ha.... Itu banyak saya lihat di lingkungan kerja saya." Dwinanto (30), staf IT

Asli dech setelah baca itu aku mikir, bener ga yah! Secara garis besar sih itu bisa diterima, masalahnya profesi sebagai programmer itu kan gak nuntut berpenampilan exclusif gitu tiap hari. Kalau istilah aku dan teman-teman sih, IT itu selalu bekerja dibelakang layar. Profesi IT itu tidak seperti marketing atau sekertaris yang secara gak langsung menekankan untuk tampil menarik karna berhubungan langsung dengan customer atau client. Kalau IT atau katakanlah programmer itu lebih banyak berinteraksi dengan komputer yang diam ini, mengutak-atik tuts keyboard untuk mengetikkan beberapa line code pemecahan persoalan. :).

Teman aku yang pria juga pernah becanda ke aku...

Him : Pakai rok dong yah tiap hari, sukseslah yah tebar pesonanya
Me : Gak lah.... pakai jeans malah
Him : Lho kq?
Me : Klo aku mau pake kaos buat ngantor juga bisa
Him : Parah banget sih, kan da ngantor.
Me : Programmer itu beda... ga perlu tampil exclusif yang jeles kerja beres... Hehehhehehehhehe

Pernah juga seorang pria bilang ke aku
Him : Ga enak banget profesi kamu
Me : Maksudnya?
Him : Yah iyalah, kerja kamu itu loch kaya cowo aja. Ga nyaman banget.
Me : Wah kamu salah kali, kamu jangan lihat sibuknya dungs lihatlah dari sisi tanggungjawab dan profesionalismenya, yang jeles aku menikmati dan mensyukuri keberadaan aku yang sekarang.

Kalau yang ini sih ga bisa kasih koment deh aku, soalnya dari dulu emang aku udah kerja bareng cowo-cowo mulu. hehehhehe.. Tapi it's nice

Dulu waktu kerja di perusahaan lama sih (end user), semua hal itu teratur dan rapi, programmer juga pakai kemeja. Kemaren ada satu project yang mengundang out sourching, dan disanalah aku mulai sadar kalau memang programmer itu identik banget dengan bebas. Baik dari pakayan, alas kaki, rambut, dll, merokok di ruangan malah. Untungnya diruangan aku itu kemaren ada anjuran untuk tidak merokok, asli dech tu anak berjam-jam di tangga buat nge-rokok.

Kalau dikantor baru sih kelihatan banget kali yah, misalnya neh ada acara jalan-jalan bareng wieh suara programmernya ga kelihatan dalam pembahasan itu. :)

Beberapa waktu yang lalu ada juga pembahasan di sebuah milist yang ku temui mengenai hal ini, dan disebutin bahwa 'Orang IT ber-EQ rendah?', wieh how come? Tapi setelah baca ulasan artikelnya barulah diriku sedikit mengerti mengapa. Buat orang-orang yang berprofesi sebagai IT atau tepatnya programmer jangan tersinggung yah. Kita sama koq. hehhehe
Peace All..

Beginilah isi artikel itu.....

*Artikel Dari Sebuah harian*

Pak Anthony Dio Martin,

Saya pernah mendengar Anda membahas di siaran radio soal orang IT (information technology) yang EQ (kecerdasan emosional)-nya rendah. Saya pun punya masalah yang sama. Seorang manajer di tempat kami yang berada di IT, orangnya pinter tapi kemampuan sosialnya kurang. Kalau bicara, sering saya tidak paham, begitu juga yang lainnya. Jadinya seringkali terjadi perdebatan.

Tadinya kupikir saya yang kurang pintar. Masalahnya, dia pegang sistem yang penting yang jadi jantungnya perusahaan. Orangnya pun saya lihat tidak suka berbagi pengetahuan.

Pernah saya coba dekati tapi malahan saya yang jadi salah tingkah. Ngobrol-nya jadi kaku sekali. Maka, saya setop. Saya sebenarnya kasihan juga dan ingin bantu dia, tetapi tidak tahu bagaimana bicara sama dia.

Pertanyaan saya, apakah semua orang IT seperti itu? Saya pun ngeri dengan anak saya yang ada di SMA yang senang main komputer dan punya cita-cita masuk Teknik Komputer. Apa saran Bapak bagi para manager maupun orang tua seperti saya?

*Jarot S,* Bekasi

//

Jawaban

Pak Jarot serta para pembaca, memang pernah ada penelitian di sekitar tahun 1997 yang mengungkapkan bahwa orang-orang IT secara EQ jauh lebih rendah dibandingkan dengan profesi lainnya. Bahkan topik ini pun pernah dimuat di salah satu majalah bisnis yang diakui kredibilitasnya, Harvard Business Review.

Menurut isi artikel tersebut, ada beberapa tanda yang biasanya dijumpai pada orang IT yang menyebabkan mengapa mereka kemudian dianggap ber-EQ rendah. Namun, sebelum membaca lebih jauh tanda-tanda ini, tentunya hal ini lebih merupakan sebuah stereotipe daripada kenyataan yang sebenarnya.

Karena saya pun percaya, tidak berarti semua orang IT demikian. Bahkan, saya mengenal banyak teman di IT yang pergaulan sosial serta kariernya luar biasa. Jadi, hal ini sebaiknya tidak digeneralisasikan untuk semua orang IT.

Beberapa ciri pada orang IT yang kemudian dianggap EQ-nya kurang seperti: (1) orang-orang IT dianggap lebih banyak menggunakan IQ daripada EQ dalam pekerjaannya, (2) mereka lebih sulit berempati dan jarang menggunakan perasaannya dalam bertindak, (3) secara sosial pun orang IT lebih sulit untuk bersosialisasi dengan orang lain, serta (4) orientasinya lebih banyak berhubungan dengan teknis (job) daripada manusia (people).

Hal ini diperparah lagi dengan berbagai realitas dan keluhan yang membuat orang IT dilabel demikian. Misalnya, kehidupan mereka yang berada di antara kotak komputernya. Bahkan, seorang istri pernah berkomentar soal suaminya, "Saat di depan komputer, itulah saat mereka
di dunia mereka sesungguhnya" .

Faktanya, kehidupan sosial merekapun jadi kurang, karena kebanyakan hanya bergaul dan berinteraksi dengan orang-orang yang seminat dan kurang berbaur dengan unit lain di kantor. Bahkan, beberapa diantaranya sulit memahami kebutuhan orang lain, sehingga sering terjadi konflik dengan unit lain karena beda persepsi.

*Kurang fair*

Namun, realitas lain juga terkadang menunjukkan ada sikap kurang fair terhadap rekan-rekan kita di IT. Berbagai perlakuan 'khas' dan kurang fair yang seringkali dialami rekan-rekan IT misalnya: mereka diperlakukan hanya sebagai trouble shooter, hanya kalau ada masalah. Saat segalanya berjalan lancar, tidak diapresiasi sama sekali.

Orang ITpun jarang dilibatkan dalam pengambilan keputusan penting, hanya soal-soal teknis saja baru mereka dilibatkan. Makanya, jangan heran kalau orang IT sering jadi kehilangan konteks dengan gambaran besar suatu proyek yang tengah dikerjakan.

Dan buruknya, para orang IT-un sering dicap nerd, dikotakkan dan ditinggalkan. Mereka kurang dirangkul, baik dalam pergaulan sehari-hari maupun dalam berbagai proyek penting di kantor. Maka, kondisi sosial mereka yang buruk pun kadang menjadi tanggung jawab kita pula.

Di sinilah saya ingin menekankan mengapa EQ justru menjadi sangat penting bagi orang IT dewasa ini. Pertama, IT merupakan fungsi yang sangat vital. Banyak informasi dan data penting dapat diakses oleh orang IT. Dari data keuangan perusahaan hingga data pribadi setiap karyawan.

Bayangkan jika karakter orang IT itu bermasalah, data-data tersebut bisa disalahgunakan untuk hal yang merusak. Kedua, orang-orang IT pun sebenarnya banyak bersinggungan dengan pihak lain. Tidak diragukan lagi, IT adalah support bisnis yang penting dewasa ini.

Tanpa memiliki EQ yang baik, orang IT akan jadi sering konflik dengan pihak lain. Ketiga, tentunya ini juga menjadi tantangan bagi orang IT sendiri. Berbagai stereotipe pada orang IT yang dipaparkan di atas justru akan menjadi tantangan bagi mereka untuk menepis semua stereotipe yang keliru itu.

Nah, hingga di sini kita menjawab pertanyaan: apa saran serta tips yang bisa diberikan kepada para orang IT ini? Pertama-tama, orang IT harus Get out of your box. Jangan hanya bicara soal IT saja. Saya selalu menyarankan agar mereka berusaha punya minat dengan bidang-bidang lain, khususnya yang lebih banyak berhubungan dengan otak kanan seperti seni dan hobi lain.

Inilah yang harus Anda sarankan pada anak Anda. Terlibatlah untuk mengajaknya memasuki hobi yang berbeda, yang mengasah otak emosinya. Selain itu, di pekerjaan pun orang IT sangat disarankan untuk mau tahu serta terlibat dengan bidang-bidang lain.

Selain soal IT, saya selalu menyarankan agar para IT guys berusaha membangun business sense mereka. Bukan hanya bicara soal teknis saja, mereka pun harus bisa berbicara dari bahasa dan sudut pandang para user sehingga mereka akan lebih disukai. Inilah sebenarnya kendala utamanya.

Di sisi lain, saya menyarankan mereka lebih banyak membaca, mendengar bahkan sesekali mengikuti seminar yang berusaha mengimbangi hal-hal teknis IT dengan hal-hal yang bersifat people skills.

Akhirnya, saya pun menyarankan orang-orang IT selalu berusaha mengetahui area-area dalam EQ yang masih kurang. Caranya, dengan meminta feedback dari orang lain dan berusahalah menutupi area yang kurang tersebut dengan komitmen mengembangkan diri yang lebih baik.

Nah, untuk Pak Jarot dan juga pembaca lainnya, libatkanlah rekan-rekan IT dalam berbagai pergaulan dan pertemuan, sehingga mereka pun belajar mengasah EQ serta business sense mereka.

Akhirnya, saya seringkali mengatakan bahwa "Yang menakutkan kita bukanlah komputer yang bisa berpikir seperti manusia, tetapi manusia yang pikirannya seperti komputer".

Salah satu masalah komputer adalah mereka tidak berperasaan. So, tanggung jawab kita semua juga untuk mengembangkan orang IT yang ber-EQ tinggi!

Semoga Bisa Mengambil Maknanya. Jaya IT Indonesia

2 comments:

Unknown said...

gpp jadi masalah seh kalo ceweku ga berdandan waktu kerja..

tapi kalo didepan ku dia harus tetap berdandan... :p

wakakakakkakakak

ayumi-sonia said...

Ce mu programmer juga yah???

wkhakahkhakhakahakakaaaaa

samalah ito kamu ma lae mu.....

wkahkahkahkahakakahhahahaaaaaaaa